JANGAN HIDUP DALAM MIMPI, TAPI HIDUPKAN MIMPI ITU #narasinisa


Kenalin, namaku Annisa Rizkyta, lahir di tempat yang katanya diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum, Bandung, 2 Maret 2001. Anak kedua dari empat bersaudara ini adalah anak perempuan tertua yang bahunya harus sekuat baja dan hatinya harus setegar karang. Ditinggal ibu sejak usia 10 memaksa aku untuk dewasa sebelum waktunya. Usia SD sudah tidak memberi aku alasan lagi untuk manja, cengeng, dan nakal gak karuan. Aku sudah harus makan sendiri, nyuci sendiri, beres-beres rumah sendiri, dll. Gak boleh lagi minta disuapin, apalagi nangis kejer minta jajan.

Lalu di usia 11 aku tinggal terpisah dari ayah, Tuhan gak ngasih aku kesempatan buat tumbuh dewasa dengan perhatian ayah dan ibu seutuhnya. Aku tinggal dengan nenek, mama dari ibuku. Saat aku pincang, dialah yang kemudian menjadi tongkat penopang, alasanku bisa jalan lagi. Alasanku harus tahan banting menghadapi ospek anak baru pindah. Ya, di sekolah baru aku tidak mendapat respon baik dari teman-teman baru. Mereka menganggap aku saingan hanya karena pindahan dari kota. Aku pernah diancam, dimusuhi, diludahi bangkunya, bahkan aku pernah bertengkar dengan teman sekelas. Terdengar buruk memang, tapi kalau aku tidak pernah melaluinya, mana bisa aku menjadi seperti sekarang.

Aku melalui masa remajaku dengan membisu, tanpa bercerita kemana saja aku pergi, apa saja yang aku lakukan seharian ini, atau bahkan apakah aku punya seseorang yang dikagumi atau tidak. Masa SMP menuntunku menjadi pribadi yang harus cemerlang, aku harus bersinar. Aku punya banyak waktu karena aku tidak punya agenda jalan-jalan dengan keluarga seperti anak-anak lainnya. Bahkan aku lupa rasanya berada dalam kehangatan keluarga. Itulah kenapa pelarianku masuk ekstrakurikuler sebanyak-banyaknya. Mulai dari OSIS, grup angklung, jurnalis sampai matematika. Tapi lambat laun ada kebosanan yang meruntuhkan benteng tabahku. Aku ingin seperti yang lain, tapi aku tidak bisa.

Akhirnya aku menuntut diri sendiri agar punya cita-cita yang jelas. Hingga akhirnya aku masuk ke SMA negeri pilihan nenek, pilihanku juga. Dengan nasihat nenek, aku masuk jurussn IPA. Kemudian kondisinya berubah saat suatu hari aku membaca trilogi "Negeri 5 Menara". Kebanggaanku menjadi anak IPA runtuh seketika. Sekarang aku tahu mau jadi apa. Tapi jurusanku tidak begitu mendukung passionku. Aku tidak benci matematika, kimia, atau fisika, hanya saja aku tidak begitu senang berhitung.

Aku ingin menjadi penulis hebat seperti A. Fuadi. Aku ingin menjadi pembicara yang menginspirasi seperti Jay Shetty. Aku ingin menjelajahi dunia seperti Gita Savitri. Aku ingin menjadi jurnalis besar, aku ingin menjadi duta besar. Aku ingin menjadi orang yang tidak perlu lagi memperkenalkan diri di hadapan orang lain. Aku ingin sekali masuk HI, tapi bagaimana caranya?

Masa tersulitku pun tiba. Menjadi kelas 12 tidak pernah terbayang akan jadi sesulit ini (mungkin bagiku saja). Tumpukan tugas, tekanan, ujian, dan yang paling berat bagiku, saat inilah aku harus mengambil keputusan besar, akan kubawa kemana mimpiku, akan kulangkahkan kemana kakiku. Daftar sana-sini, lalu kegagalan terus datang menghampiri. SNMPTN kemarin aku terlalu gegabah memilih ITB. Aku tidak pesimis, tapi aku juga tidak begitu optimis. Pengumuman pun tiba dan gajah duduk itu bukan tempatku, aku ikhlas. Lalu aku memberanikan diri melamar beasiswa ke Jepang, namun gagal lagi. Aku mencoba beasiswa Aperti BUMN, mengambil jurusan yang aku idam-idamkan, HI, dan belum berhasil juga. PMDK Polban pun aku tempuh, tapi lagi-lagi belum beruntung. Hingga akhirnya aku harus mengambil jalan yang orang sebut jalur kerja keras.

Aku nekad mengambil dua bidang di SBMPTN tahun ini, saintek dan soshum sekaligus. Untuk UTBK saintek, aku sangat berterimakasih pada guru yang membimbingku belajar matrmatika, kimia, dan fisika selama beberapa bulan terakhir secara cuma-cuma, alias tidak meminta bayaran. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya pada Bapak, terimakasih banyak.

Dua tahun belakangan ini aku tidak hidup dalam mimpi, tapi aku selalu berusaha menghidupkan mimpiku. Aku mengambil keputusan terbesar selama hidupku. Aku mendaftarkan diri ke PTN di luar Jawa Barat. Itu artinya aku akan terpisah jauh dari orang tua. Tapi aku harus sadar diri dan memutar otak untuk memperbesar peluang. Pilihan pertamaku jatuh pada HI Unej, pilihan kedua aku uji nyali daftar ke Universitas Hassanudin dengan jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan.

Tanggal 9 Juli pun datang, bukan aku yang buka pengumuman. Nyaliku terlalu kecil untuk menghadapi ini, aku takut gagal lagi. Tapi syukur alhamdulillah, kabar baik menghampiri. Aku diterima di pilihan pertama, jalan hidup yang aku impikan sedari dulu. Begitu baiknya Tuhan melimpahkanku kenikmatan, aku bersyukur.

Banyak sekali hal yang Tuhan ajarkan. Masuk PTN tidak hanya perlu pintar, tapi juga perlu sabar, kerja keras, dan ikhlas. Tuhan punya jalan terbaik untuk umat-Nya yang paham bahwa harkat hidup tidak tercermin dari PTN dimana kita menempuh pendidikan. Dimanapun kita berada, harapan akan selalu ada. Begitu banyak kegagalan yang harus kita lalui untuk menaik-kelaskan kita. Kita harus lebih kuat dan tabah, menghadapi semua ketetapan-Nya.
Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan.

Terimakasih sudah membaca!

Komentar

  1. Selamat atas kerja keras yg telah mengbuahkan hasil yg kau inginkan, jaga dirimu baik2 disana, aku yakin kau mampu menghadapi semuanya, salam hangat dariku temanmu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin terimkasih atas doa2 tulus nya. I hope the best for u. Terimakasih sdh mau menjadi bagian dr masa remajaku!

      Hapus
  2. Ada rasa haru dannbahagia membaca tulisan ini tak banyak yang bisa Ibu ketahui dari penggalan pengalaman hidupmu ini. Tetap semangat selalu menjadi motivator bagi adik dan temanmu. Alloh selalu bersama dengan orang yang sabar dan yakin. Semoga tercapai impianmu tetap tawadhu dan berahlakuk karimah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin ini waktunya mereka tahu Bu, apa yang Nisa dapat ini bukan sekedar iseng-iseng berhadiah, tapi ada keringat dan air mata di baliknya. Terimakasih sudah membekali nisa dgn ilmu dan karakter baik, Bu. Semoga Allah selalu melindungi Ibu.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maaf, Jika Tanganku Tak Sehalus Mereka (by ARH)

I FIND NEW HAPPINESS

ACCEPTABLE LIES OR BITTER TRUTH? (Bahasa Version)