Maaf, Jika Tanganku Tak Sehalus Mereka (by ARH)

Ku sampaikan sebuah kisah nyata, betapa perumpamaan hidup begitu sederhana, namun sulit sekali diimplementasikan. Tak ayal, semua orang begitu mudah mengeluarkan kata-kata bijak, namun saat dirinya hancur berkeping-keping, dia tak bisa berdiri untuk dirinya sendiri.

 

Suatu hari, saat upacara bendera berlangsung di sekolahku, seorang teman di belakangku dengan isengnya memegang tanganku. Ia mungkin merasakan ada yang berbeda dari telapak tanganku, tak seperti tangan wanita kebanyakan yang lembut dan putih, namun tidak dengan tanganku. Ia bertanya, "tangan kamu kenapa?" Jika ia menanyakan hal itu, ia harus siap mendengarkan jawaban yang begitu panjang dariku.

 

Begini, telapak tanganku kasar karena setiap hari aku harus menimba air dengan tali tambang dan tanpa katrol. Begitu hal ini memberiku banyak pelajaran. Semua hal yang kita inginkan tak bisa dicapai dengan cara yang instan. Begitu aku butuh air untuk mandi, aku harus menimba, mau tidak mau, suka tidak suka. Pun saat kita butuh uang, kita harus bekerja.

 

Menimba air saat musim hujan memberiku kemudahan. Airnya tak begitu jauh untuk ditimba. Aku sangat bersyukur. Namun lain lagi saat kemarau panjang datang. Sumurku tak berair, kering. Tugasku bertambah berat, aku harus mengambil air dari sungai. Dua ember setiap balikan. Jaraknya 15-20 meter dari rumahku, cukup menguras tenaga.

 

Lagi-lagi Tuhan memberikanku pelajaran, usaha yang biasa saja tak selalu bisa menjamin hidupmu. Harus berusaha lebih giat, bekerja lebih keras. Hidup harus ada kemauan, maka akan ada kemajuan. Beban yang kau pikul kini, akan menjadi sumber bahagiamu kelak. Pegang hal itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ACCEPTABLE LIES OR BITTER TRUTH? (Bahasa Version)

I FIND NEW HAPPINESS

SUKA DUKA ANAK IPA YANG NEKAD KULIAH HI