Postingan

SUKA DUKA ANAK IPA YANG NEKAD KULIAH HI

  Dari dulu sampai sekarang, kalau ditanya SMA-nya jurusan apa dan aku jawab IPA, pasti bakal disebut "murtad" karena belok dari Saintek ke Soshum. Ada juga yang bilang "anak IPA ya kuliahnya IPA lagi aja, jangan ngambil lapak orang". Obrolan itu kayanya sudah jadi lumrah di kalangan pelajar dan mahasiswa Indonesia. Aku pribadi kurang setuju kalau disebut ngambil lapak orang karena dalam prosesnya juga perlu effort besar, alias bukan sulap bukan sihir. Jadi daripada label "murtad", aku lebih senang menyebutnya "hijrah". Transisinya pun tidak mudah, ibarat kata kita harus belajar dari nol lagi. Satu hal yang paling aku pikirkan adalah ilmu-ilmu saintek kemarin mau dikemanakan? Rasanya gak mungkin kalo kita bikin esai tentang kesetaraan gender pake rumus hidrokarbon. Jurusan Hubungan Internasional jadi pelabuhan terakhir setelah ditolak di Teknik Kimia dan Planologi. Jadi jangan berpikir saya tidak berusaha untuk mencari jurusan yang linier dengan

Kaitan Shanghai Cooperation Organization dan Greater Mekong Subregion Sebagai Perwujudan Middle Kingdom Syndrome China untuk Menandingi Dominasi AS

Middle Kingdom Syndrome Middle Kingdom Syndrome merujuk pada perspektif China terhadap dinasti kerajaan yang menjadi system percaturan politik antar negara. Istilah ini mulai dikenal dan diaplikasikan pada masa pemerintahan Partai Komunis China (PKC) dengan tujuan utama untuk melindungi keamanan nasionalnya. Dalam perspektif ini, China gencar melakukan kerja sama dengan kekuatan yang geografisnya berdekatan guna mencegah terjadinya dominasi salah satu kekuatan di kawasan. Selain mempertimbangkan faktor geografi, China juga menjalin hubungan dengan negara atau kerajaan yang dinilai kuat. Ada juga istilah dynamic equilibrium yang merupakan balance of power versi China. Dynamic equilibrium mengaju pada penggabungan beberapa kerajaan untuk memperluas wilayah. [1] Kerja sama yang terjalin antara China dengan negara atau kerajaan lain membuat China mengkategorikan negara ke dalam beberapa zona, hal ini kemudian dikenal dengan sebutan space centric. China membagi dunia menjadi empat

I FIND NEW HAPPINESS

Hi! been a while, blogger! Ga sadar kalau terakhir posting di blog ini delapan bulan yang lalu. Selama itu ngapain aja ya sampai ga sempet nulis? Btw, pernah ga sih kalian benci banget sama sesuatu tapi seiring waktu berlalu kalian jadi suka sama hal itu? Istilahnya kaya "kemakan omongan sendiri". That's what happened to me actually. Dulu waktu SMA, ga ada angin ga ada ujan bawaannya kesel banget sama orang yang suka sama K-Pop dan K-Drama padahal they didn't do anything wrong to me. Mereka cuman nikmatin apa yang bikin mereka seneng, tapi kenapa aku yang sensi? Dulu pembelaannya karena aku ngerasa mereka itu terlalu fanatik dan buang-buang waktu buat selalu up to date sama apa yang idol mereka lakuin. They also spend much money to buy the idols' merchandise or whatever. Tapi selama itu juga aku nolak buat ngerti apa sih yang sebenernya mereka rasain, apa sih yang mereka dapetin dari ngelakuin hal-hal itu. And did it make them happy? Singkat cerita aku ga sengaja

Risalah Tiga Kakak Beradik (based on true story)

Dahulu kala hiduplah tiga kakak beradik, semuanya perempuan. Anak sulung hidup serba kecukupan, semua kemauannya terpenuhi. Ia mendapat kasih sayang, materi, dan pendidikan yang lebih dari cukup pada masanya. Ia hidup dalam kemudahan, seperti mobil sedan yang melewati jalan beraspal tanpa polisi tidur. Seperti kapal yang berlayar di lautan tenang tanpa ombak dan batu karang. Semuanya terasa berjalan baik-baik saja. Sedangkan anak tengah, ia hidup dengan sedikit berbeda. Semuanya masih tercukupi namun ia selalu merasa kurang. Ia diam-diam merampas banyak hal yang tidak ia miliki. Ia berpikir kebahagiaan harus didapatkan dengan tindakan. Ia senang sekali membodohi orang lain, ia kadang mencuri untuk mendapat kepuasan. Hidupnya seperti mobil gunung yang melewati jalan penuh kerikil. Semuanya dilindas tanpa ampun. Ia menikmati guncangan-guncangan kecil yang dihadapinya. Dan si bungsu, nasibnya jauh berbeda dengan dua kakaknya. Ia tidak mendapatkan kemudahan. Ia harus mengusahakan kebahagia

Adam, Ara, dan Kura-kura (a short story by Annisa Rizkyta)

Gambar
"Dam, kasih tahu aku gimana caranya ikhlas.." Adam dan Ara duduk di tempat biasa, di atap loteng rumah Ara. Angin sore itu terasa dingin, seperti paham apa yang sedang ditangisi Ara. "Ikhlas itu gak ada buku panduannya, Ra." "Lalu kenapa kepergian begitu menyakitkan kalau semua orang tahu mengikhlaskan itu susah." "Salahmu ra, salahku juga, salah semua manusia di bumi ini yang terlalu merasa memiliki. Kita ini egois, selalu diberi senang atas kehadiran orang-orang yang kita cintai, tapi menolak merasakan sedih atas ketiadaannya." Ara dan Adam terus berbalas kata, keduanya merasakan kepahitan yang sama, ditinggalkan, kehilangan. Sepuluh tahun ternyata tidak cukup membuat Ara lupa akan kenangan ibunya yang begitu lembut dan perhatian. Ia terlalu rindu dicintai setulus dulu, ia terlalu rindu dimanja sepuas dulu, ia terlalu rindu sosok ibunya. Bagi Ara, satu kakinya sudah lumpuh secara permanen bersama dengan kepergian sang ibu dan tida