RAMA: CALON INSINYUR TERKEMUKA (Annisa Rizkyta)


Nur Rama Adamas, lahir di Garut, 4 April 2002, adalah buah hati dari pasangan Ujang Sahmid dan Cucu Sukaesih. Dia kini bersekolah di SMAN 2 Garut. Di sana, siapa yang tak mengenalnya. Ia adalah salah satu penyumbang prestasi terbanyak untuk sekolahnya. Lelaki berkacamata ini pernah menempuh pendidikan taman kanak-kanak di RA Nur Amaliah, kemudian ia melanjutkan sekolahnya di SDN Neglasari 1, di sanalah ia mulai menuai prestasi, antara lain ia pernah menjadi juara 1 lomba kaligrafi tingkat kecamatan antar SD sederajat, juara 3 calistung tingkat kecamatan, dan juara harapan 3 baca puisi tingkat kecamatan. Lalu ia meneruskan sekolahnya di SMPN 2 Kadungora, peraih juara umum ini berhasil menyabet beberapa penghargaan seperti juara harapan 3 Olimpiade IPA tingkat kabupaten dan juara harapan 1 lomba story telling tingkat kabupaten.

Rama dikenal memiliki keahlian yang mumpuni diberbagai bidang, mulai dari sastra hingga sains, hingga orang menyebutnya 'ensiklopedia berjalan'. Ia sangat menyukai tantangan, orang-orang mengenalnya sebagai sosok yang serius dan pekerja keras. Bungsu dari 6 bersaudara ini juga adalah seorang yang ambisius, terlebih untuk mencapai cita-citanya menjadi seorang insinyur. Kini, ia panen prestasi atas apa yang ia usahakan. Mungkin bisa dibilang ia sedang berada dalam masa kejayaannya. Begitu banyak penghargaan telah ia capai di bangku SMA, sebut saja juara 1 lomba dongeng Sunda tingkat kabupaten Garut; juara harapan 1 olimpiade matematika tingkat kabupaten Garut; juara 2 lomba debat kesehatan Unpad Pangandaran tingkat Priangan Timur; juara 2 lomba debat Bahasa Indonesia Polban tingkat Jawa Barat (best speaker harapan 2); juara 1 lomba debat RAMPES 2019; juara 1 lomba debat Bahasa Indonesia se-Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta; serta juara 1 lomba debat PKN tingkat nasional di Universitas Negeri Jakarta.

Tumpukan prestasi tak sedikit pun membuatnya congkak. Rama masih menjadi seorang remaja dengan sopan santun yang pantas diacungi jempol. Seringkali ia berjalan dengan menundukkan kepala namun tak canggung menyapa. Kepribadiannyalah yang turut mengantarkannya pada keberhasilan yang ia capai kini.

Tak banyak yang tahu, mungkin 2018 adalah tahun terberat baginya karena ibunda tercinta dijemput Sang Pencipta. Namun meskipun begitu, ia tidak lantas larut dalam kesedihan. Ia terus memecut diri untuk berusaha lebih keras dan menjadi kebanggaan keluarga. Anak laki-laki adalah tumpuan utama keluarga setelah ayah, maka tak heran ia tak henti belajar dan berdoa karena air mata akan berbalas bahagia.


(Garut, 8 Maret 2019)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maaf, Jika Tanganku Tak Sehalus Mereka (by ARH)

ACCEPTABLE LIES OR BITTER TRUTH? (Bahasa Version)

MENGAPA RATU ELIZABETH II BISA BERTAHTA DI AMERIKA? (Annisa Rizkyta)