DIALOG LINTAS AGAMA: KONSEP KETUHANAN (Annisa Rizkyta)

Dalam sebuah dialog agama, Eggi Sudjana sebagai salah satu pembicara mengangkat topik utama yakni keabsolutan Tuhan. Sebelum itu, ia memaparkan bahwa metodologi dialog harus ada standarnya. Apa itu yang dimaksud kebenaran, yang dibicarakan adalah hasil berpikir atau tidak, dan harus ilmiah. Adapun parameter yang diberikan adalah objektif, sistematis, dan toleran. Jadi tidak akan ada debat kusir. Juga ada dua hal mendasar yang disinggung, yaitu istilah-istilah yang digunakan dan metodologi sebagai pedang dalam berdialog.

Agama itu seharusnya diyakini karena proses berpikir, bukan karena turunan dari orang tua. Konsep ketuhanan dan sistem ajaran untuk alam dan manusia harus bisa meyakinkan bahwa agama itu sendiri tidak bertentangan dengan akal. Jangan sampai terdoktrin oleh pikiran orang tua yang mungkin saja bisa keliru. Seperti halnya rakyat komunis, sebagian dari mereka ada yang beragama, itu menandakan bahwa mereka berpikir. 

Islam menekankan iman, ilmu, dan amal. Jangan ikuti apa yang kita tidak ketahui seperti yang tercantum dalam surat Al-Isro ayat 36. Islam juga mengajarkan aqidah, syariat, dan akhlak. 
Ada tiga konsep ketuhanan yang Eggi sodorkan:
1. Absolut, artinya tidak relatif atau tidak ada bandingannya.
2. Distinct, lain daripada yang lain dan tidak ada yang bisa menyerupai.
3. Unique, harus satu-satunya.

Ia dengan lantang menyampaikan bahwa konsep trinitas tidak bisa dikategorikan pada tiga konsep ketuhanan tadi. Lalu mengapa bisa hal semacam itu dituhankan padahal Santa Pauslah yang membuat konsep itu, Paus tersebut hidup di zaman Nabi Isa dan penamaan Yesus sebagai Tuhan adalah hasil dari sebuah kongres. Yang mereka harus ketahui adalah bahwa Nabi Isa itu mengimani Allah.

Islam begitu sederhana, konsep ketuhanan sudah termaktub dalam surat Al-Ikhlas. Ketiga unsurnya mutlak tercantum. Yang pantas dituhankan hanyalah Allah, Yang Awal dan Yang Akhir.

Eggi menjelaskan apa arti berpikir. Menurutnya berpikir adalah proses membandingkan. Kemudian ia membuat perbandingan agama yang begitu rasional. Yang pertama, Hindu bahkan tidak mengenali siapa pembawa ajarannya. Konsep trimurti juga tidak konsisten. Lokalisasi budaya membuat ajaran Hindu di Bali dan di India berbeda. Begitupun dengan Buddha. Agama ini tidak mengenal konsep ketuhanan karena hanya merupakan buah pikiran Sidharta Gautama. Lalu Kristen yang mengusung konsep trinitas padahal apa yang mereka sebut Yesus hanyalah penyampai utusan Allah untuk beriman kepada-Nya. 
Keabsolutan Tuhan bersifat mutlak, tak terbatas, dan tak terkalahkan. Yang absolut menguasai dan mengetahui segala sesuatu. Jagat raya yang terikat ruang dan waktu bergantung pada-Nya. 

Sedangkan pemilihan Muhammad sebagai utusan Allah dan nabi terakhir yang mengantarkan islam karena dia tidak berpendidikan, tidak ada intervensi dari keluarga karena bahkan ia ditinggal ayah dan ibu, serta Rosululloh hidup di zaman jahiliyah. Jadi tidak ada alasan untuk tidak mempercayainya, karena ajaran yang ia bawa adalah murni berasal dari Allah. Tidak ada logika yang bisa menyalahkan. Namun lain hal dengan dimensi ghaib. Ada batasan intelektual yaitu dimensi iman, rasionalitas diupayakan agar percaya. 

Berislamlah seperti Rosul, mengikuti Qur'an dan hadist adalah kabar petunjuk. Islam artinya selamat (as-salam), way of life atau jalan kehidupan, juru selamat yang sesungguhnya. 
Muatan islam dalam konteks berbangsa dan bernegara ada tujuh, yaitu: keadilan, kedamaian, kesejahteraan, ketertiban, kesetaraan, kebebasan, dan keselamatan. Tidak ada sistem perkawinan kalau bukan dari islam. Tidak ada hukum waris kalau tidak ada islam. Agama Allah jugalah yang menjelaskan kehidupan setelah mati. Maka islam adalah kebenaran, sesuai antara pernyataan dan kenyataan.

baca: Tulisan ini merupakan ringkasan dari video EGGY SUDJANA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ACCEPTABLE LIES OR BITTER TRUTH? (Bahasa Version)

I FIND NEW HAPPINESS

SUKA DUKA ANAK IPA YANG NEKAD KULIAH HI