MALAYSIA MELESAT JAUH, INDONESIA BARU MAU BANGUN SDM (Annisa Rizkyta)

Mengutip dari Kemenkeu.go.id, di sela-sela pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 di Jepang pada Sabtu, 08/06/2019, Menkeu Sri Mulyani Indrawati dengan Menkeu Australia Josh Frydenberg melakukan pertemuan bilateral antara kedua negara.

Menkeu Sri Mulyani memaparkan bahwa Indonesia masih tetap fokus pada pembangunan infrastruktur baik di Pulau Jawa maupun di luar Jawa. Dari infrastruktur dan sektor lain, ia menghighlight pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal 1 (Q1) yang mencapai 5,07%. Hal ini bertolak belakang dengan pernyataan Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas yakni Bambang Brodjonegoro yang menegaskan bahwa fokus Pembangunan 2020-2024 tak lagi terpusat pada infrastruktur, melainkan kualitas sumber daya manusia (SDM)

"Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2020 sebagai RPJMN 2024 mengambil tema peningkatan SDM dalam pertumbuhan berkualitas," Bambang menyebutkan dalam Forum Perencanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional 2019 (Musrenbangnas) di Ballroom Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis (9/5/2019).

Selain berfokus pada pengembangan SDM, Bambang juga mengatakan akan mengembangkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) supaya Indonesia dapat terus-menerus tumbuh sesuai Sustainable Development Goals (SDGs) dengan membidik target berpenghasilan menengah tinggi.

Saat Indonesia baru menitikberatkan fokus pembangunan pada peningkatan SDM, Malaysia sudah terlebih dulu menguasai taktik ini. Pemerintah Malaysia menarik iuran dari perusahaan sebesar 1% dari penghasilan masing-masing pegawainya. Dana itu dihimpun untuk pembentukan badan khusus yang kemudian dikembalikan lagi dalam bentuk training untuk para pekerja lainnya. Dengan begitu, perusahaan tidak perlu susah payah lagi men-training pegawai barunya dan cara ini dinilai sangat efektif bagi peningkatan kualitas SDM.

Pemerintah Malaysia juga gencar menyekolahkan rakyatnya ke luar negeri dengan menanggung seluruh biayanya. Berdasarkan pengalaman pribadi dari seorang dosen HI UNEJ, saat ia melanjutkan pendidikannya di Australia dengan bantuan beasiswa dari pemerintah Australia, ia terkagum-kagum terhadap warga negara Malaysia yang notabenenya seorang perawat dikirim keluar negeri untuk sekolah lagi dan meningkatkan keahliannya dengan beasiswa penuh dari pemerintah Malaysia. Dosen itu berkata, "saat Malaysia bisa membiayai warganya untuk sekolah ke luar negeri, kenapa malah yang membiayai sekolah saya adalah pemerintah Australia bukan negara sendiri?"

Dari sisi ini saja sudah terlihat bahwa Indonesia tidak boleh lagi tertinggal, kita tidak bisa terus-menerus tutup mata dan hanya bergelut dengan argumentasi sendiri. Jika hanya mendengar apa maunya menteri atau presiden, tak ada yang bisa menjamin pembangunan Indonesia akan lebih maju dari negara lain. Kalau belum bisa berinovasi dalam menyusun rencana pembangunan, apa salah mengadopsi cara efektif yang sudah berhasil dilakukan oleh negara lain. Akan jauh lebih baik lagi bila kita mau bekerja sama dalam rangka saling memajukan pembangunan antar negara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maaf, Jika Tanganku Tak Sehalus Mereka (by ARH)

ACCEPTABLE LIES OR BITTER TRUTH? (Bahasa Version)

MENGAPA RATU ELIZABETH II BISA BERTAHTA DI AMERIKA? (Annisa Rizkyta)